JAKARTA – Boeing telah menghitung pengeluaran mereka pada kuartal keempat tahun lalu. Sesuai dengan prediksi perusahaan tersebut pada Januari lalu, kerugian wahana Starliner mengalami peningkatan.
Dalam pengajuan tahunan 10-K terhadap Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada 3 Februari lalu, Boeing mengungkapkan bahwa mereka telah mengeluarkan biaya sebesar 523 juta dolar AS (Rp8,5 triliun) untuk Starliner pada kuartal keempat tahun lalu.
Setelah dihitung, kerugian di kuartal tersebut mencapai 148 juta dolar AS (Rp2,4 triliun). Saat mengungkapkan kerugiannya, Boeing mengatakan bahwa hal ini terjadi karena penundaan jadwal peluncuran serta biaya pengujian yang tinggi akibat masalah sistem.
Boeing juga perlu mengeluarkan biaya untuk biaya sertifikasi yang cukup tinggi serta biaya misi pascasertifikasi. Jika ditotalkan secara keseluruhan dari tahun-tahun sebelumnya, kerugian wahana antariksa tersebut telah mencapai miliar dolar AS (Rp32 triliun).
BACA JUGA:
Pengeluaran biaya sebesar Rp8,5 triliun merupakan yang tertinggi pada tahun lalu. Di kuartal kedua, Boeing hanya mengeluarkan biaya sebesar 125 juta dolar AS (Rp2 triliun), sedangkan di kuartal ketiga biayanya mencapai 250 juta dolar AS (Rp4 triliun).
Seluruh kerugian ini terjadi karena Starliner mengalami masalah pendorong dan kebocoran helium. Masalah ini baru muncul setelah pesawat tersebut digunakan untuk mengangkut dua astronot NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Seharusnya, kru misi Starliner hanya menghabiskan waktu selama beberapa minggu di ISS. Namun, masalah yang terjadi pada Starliner menyebabkan kedua kru harus tinggal di ISS selama hampir setahun. Kedua astronot yang dirugikan itu adalah Butch Wilmore dan Suni Williams.