Arthur Hayes: Bitcoin Bakal Anjlok Sebelum Tembus ATH Baru
Bitcoin diramal turun dulu sebelum catatkan ATH baru menurut pendiri Bitmex Arthur Hayes. (Foto; Dok. Cryptonomist)

Bagikan:

JAKARTA - Pendiri bursa kripto BitMEX, Arthur Hayes, memperingatkan investor untuk bersiap menghadapi volatilitas harga Bitcoin (BTC) dalam beberapa bulan mendatang. Dia meramalkan Bitcoin bakal anjlok namun segera pulih lagi untuk mencapai ATH barunya. 

Dalam analisis terbarunya, Hayes memproyeksikan BTC dapat turun hingga 32% dari harga saat ini, mencapai kisaran 70.000 dolar AS – 75.000 dolar AS (Rp1,13–Rp1,22 miliar), sebelum akhirnya melonjak ke rekor tertinggi baru sebesar 250.000 dolar AS (Rp4,05 miliar) pada akhir 2025.

"Saya yakin siklus bull belum berakhir, namun secara probabilitas, kita mungkin akan melihat koreksi terlebih dahulu. Ini mirip dengan situasi akhir 2021, tepat sebelum pasar mengalami penurunan tajam," tulis Hayes, merujuk pada periode ketika BTC jatuh dari 69.000 dolar AS (Rp1,12 miliar) ke 16.000 dolar AS (Rp259 juta) pada 2022.

Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Pasar

Hayes menyoroti beberapa faktor makroekonomi global yang dapat memengaruhi pergerakan BTC:

  1. Perlambatan Pertumbuhan Uang: Bank sentral di Amerika Serikat (The Fed), China, dan Jepang mengurangi laju ekspansi pasokan uang, yang sebelumnya menjadi pendorong utama kenaikan aset berisiko seperti kripto sejak 2023.
  2. Fluktuasi Imbal Hasil Obligasi AS: Pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang tidak stabil membuat investor mempertanyakan efektivitas Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
  3. Dinamika Politik AS: Meskipun dukungan dari Presiden Donald Trump terhadap kripto, termasuk peluncuran koin meme $TRUMP, dianggap positif, Hayes menilai pasar telah memperhitungkan faktor ini.

Data dari CoinMarketCap per 29 Januari 2025 menunjukkan BTC diperdagangkan di sekitar 103.825 dolar AS (Rp1,68 miliar), naik tipis 2,5% pada perdagangan tadi pagi pukul 07:01 WIB, Kamis 30 Januari. Bitcoin merosot 4% dari harga tertinggi sepanjang masa yang dicapainya pada 20 Januari 2025 sebesar 109.000 dolar AS (Rp1,77 miliar). Jika prediksi Hayes akurat, BTC berpotensi menguji level support di 70.000 dolar AS (Rp1,13 miliar), yang akan menjadi penurunan signifikan pertama sejak 2022.

Beberapa analis meragukan proyeksi Hayes. "Koreksi sebesar 30% mungkin terlalu berlebihan. Dominasi ETF Bitcoin di AS dan masuknya dana institusional dapat menjadi penyangga," kata Markus Thielen, CEO 10x Research, dikutip dari CoinDesk.

Namun, laporan dari Glassnode pada 1 Juli 2024 mendukung pandangan Hayes, dengan mencatat penurunan volume perdagangan BTC sebesar 40% dalam sepekan terakhir, yang mengindikasikan aksi ambil untung oleh investor besar.

Kendati prospek jangka pendek tampak menantang, Hayes mengingatkan bahwa "Bitcoin selalu berhasil pulih dari koreksi. Jika prediksi saya meleset dan BTC langsung naik ke 250.000 dolar AS (Rp4,05 miliar), saya tetap akan senang sebagai HODLer," imbuh Hayes.