JAKARTA – Pengadilan Kenya mengungkapkan bukti baru yang menuduh kontraktor Meta PLatform Inc., perusahaan induk Facebook, mengabaikan ancaman dari kelompok pemberontak Ethiopia terhadap moderator konten yang bekerja untuk platform tersebut. Moderator ini sebelumnya telah memblokir unggahan video dari kelompok tersebut, yang menyebabkan mereka menjadi target ancaman.
Dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada 4 Desember oleh organisasi nirlaba Foxglove, disebutkan bahwa kelompok pemberontak Oromo Liberation Army (OLA) mengancam moderator yang berfokus pada Ethiopia karena menghapus unggahan mereka di Facebook. Salah satu moderator, Abdikadir Alio Guyo, dalam pernyataannya mengatakan bahwa ia menerima pesan ancaman yang memperingatkan agar mereka berhenti menghapus konten OLA, atau akan menghadapi konsekuensi serius.
"Sejak menerima pesan ancaman itu, saya hidup dalam ketakutan, bahkan untuk mengunjungi keluarga saya di Ethiopia," ungkap moderator lainnya, Hamza Diba Tubi, yang juga menerima ancaman serupa yang mencantumkan nama dan alamatnya serta rekan-rekannya.
Kelompok pemberontak OLA, yang merupakan pecahan dari partai oposisi yang pernah dilarang, telah dituduh oleh pemerintah wilayah Oromiya atas pembunuhan banyak warga sipil menyusul kegagalan pembicaraan damai di Tanzania pada 2023.
Moderator yang mengajukan tuntutan juga menuduh perusahaan kontraktor Sama, yang berbasis di Kenya, tidak serius menangani keluhan mereka. Sama awalnya menuduh para moderator memalsukan ancaman tersebut sebelum akhirnya melakukan investigasi dan mengirim salah satu moderator yang diidentifikasi secara publik oleh pemberontak ke tempat aman.
Tahun lalu, 185 moderator konten menggugat Meta dan dua kontraktor, termasuk Sama, atas kehilangan pekerjaan setelah mereka mencoba membentuk serikat pekerja. Para moderator juga mengklaim bahwa mereka masuk daftar hitam sehingga tidak bisa melamar pekerjaan serupa di kontraktor baru, Majorel, setelah Meta mengganti penyedia layanan.
BACA JUGA:
Tantangan Global untuk Meta
Kasus ini menyoroti tantangan Meta dalam bekerja dengan moderator konten di seluruh dunia. Moderator bertugas meninjau konten grafis yang diunggah di platform Meta, sering kali menghadapi ancaman langsung dan tekanan mental akibat paparan konten berbahaya.
Selain itu, dalam dokumen pengadilan terungkap bahwa Meta mengabaikan saran dari ahli yang disewa untuk mengatasi ujaran kebencian di Ethiopia. Alewiya Mohammed, seorang supervisor moderator, mengaku terjebak dalam lingkaran tugas tanpa akhir untuk meninjau konten kebencian yang secara teknis tidak melanggar kebijakan Meta.
Kasus ini, yang upaya penyelesaian di luar pengadilannya gagal pada Oktober 2023, dapat membawa dampak besar pada praktik Meta dalam menangani moderator konten secara global.
Sementara itu, dalam kasus terpisah pada 2022, Meta juga dituduh membiarkan unggahan penuh kekerasan dan kebencian dari Ethiopia berkembang di Facebook, yang memicu perang saudara antara pemerintah federal dan otoritas regional Tigray. Baik Meta, Sama, maupun perwakilan OLA belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan ini