Batas Waktu Puasa Pengganti Ramadan agar Ibadah Tetap Diterima
Batas waktu puasa pengganti ramadhan (freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Ada beberapa kondisi yang memperbolehkan seseorang untuk tidak berpuasa, seperti sakit, bepergian jauh, atau hamil. Bagi mereka yang tidak dapat berpuasa, diwajibkan untuk mengganti puasa tersebut di hari lain di luar bulan Ramadan.

Lantas, sampai kapan batas waktu puasa pengganti ramadhan? Apakah boleh mengqadha puasa Ramadhan di bulan Syawal? Bagaimana jika tidak sempat mengqadha puasa Ramadhan sampai bertemu bulan Ramadhan berikutnya?

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai batas waktu puasa pengganti Ramadhan, beserta hukum-hukum terkait, dan hal-hal lain yang perlu diketahui.

Batas Waktu Puasa Pengganti Ramadhan

Dilansir dari laman NU Online, Bulan Sya'ban, yang berada tepat sebelum Ramadhan, menjadi pengingat bagi umat Islam untuk menunaikan kewajiban yang belum terselesaikan, termasuk mengganti puasa yang terlewat.

Namun bagi mereka yang masih memiliki hutang puasa, baik karena sakit, bepergian, atau alasan lainnya, dianjurkan untuk segera melunasinya sebelum Ramadhan tiba.

Namun, muncul pertanyaan mengenai batas waktu penggantian puasa di bulan Sya'ban. Apakah ada batasan waktu tertentu yang harus dipatuhi?

Menanggapi hal ini, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), Alhafiz Kurniawan, menjelaskan bahwa tidak ada batasan waktu khusus untuk mengganti hutang puasa di bulan Sya'ban.

Berarti, seseorang yang memiliki hutang puasa karena uzur seperti sakit, diperbolehkan untuk mengqadha atau mengganti puasanya hingga akhir bulan Sya'ban.

Meskipun demikian, Alhafiz juga menyampaikan bahwa sebagian ulama memiliki pandangan yang berbeda.

Beberapa ulama mengharamkan penggantian puasa setelah pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban). Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi agar tidak terlalu dekat dengan bulan Ramadhan.

Dengan demikian, tidak ada batasan waktu yang pasti untuk mengganti hutang puasa Ramadhan di bulan Sya'ban. Namun, sebaiknya, penggantian puasa dilakukan sebelum Nisfu Sya'ban untuk menghindari perbedaan pendapat dan menjadi persiapan menyambut bulan Ramadhan.

Niat puasa qadha Ramadhan

Masih dari sumber yang sama, menurut Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’, syarat sah puasa (baik puasa Ramadhan maupun puasa lainnya seperti qadha atau nadzar) adalah dengan tabyitun niyah, yaitu niat yang dilakukan pada malam hari.

Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi,

 ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.

 “Barangsiapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.” Oleh karena itu, niat puasa harus dilakukan setiap hari sebelum fajar, sebagaimana yang tersurat dalam hadis tersebut. (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, [Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H], juz II).

Berikut ini adalah lafal niat untuk melaksanakan qadha puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ”

Artinya: “Saya berniat untuk mengqadha puasa Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Selain batas waktu puasa pengganti ramadhan, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!