YOGYAKARTA – Keju merupakan makanan olahan dari susu yang memiliki rasa gurih dan lezat. Penelitian pada Desember 2024 menemukan, konsumsi keju bermanfaat menurunkan risiko sleep apnea.
Sleep apnea adalah kondisi saat orang mengalami henti napas berulang-ulang sepanjang malam. Ini sebenarnya bukan sesuatu yang benar-benar berbahaya jika dialami sesekali saja. Tetapi apabila sering mengalami sleep apnea, bisa menurunkan kualitas istirahat sesuai yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya, masalah kesehatan bisa dialami. Seperti inflamasi atau peradangan, tekanan darah dan detak jantung meningkat. Seiring berkembangnya bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, diabetes, dan perubahan berat badan.
Para ahli mengatakan, kelebihan berat badan dan obesitas dapat memperburuk sleep apnea. Padahal, keju bermanfaat untuk mengurangi risiko sleep apnea. Lantas bagaimana rekomendasi ahli terkait keju, manfaatnya, dan risikonya?
Penelitian menganalisis data dari 400.000 orang yang terdaftar dalam dua basis data penelitian besar dari UK Biobank di Inggris dan FinnGen Biobank di Finlandia. Proses pengacakan Mandelian dilakukan untuk mengolah informasi genetik meniru eksperimen alami. Ditemukan orang yang mengkonsumsi keju memiliki risiko lebih rendah 28 persen terkena sleep apnea.
Sebagian besar dari penelitian, dilansir Health, Rabu, 22 Januari, tim memerriksa 44 biomarker atau molekul yang menandakan proses fisik atau penyakit abnormal terkait risiko sleep apnea. Akhirnya memutuskan bahwa keju dapat secara lagnsung mempengaruhi enam hal, yaitu aspart aminotransferase, urea, cystatin C, globulin pengikat hormon seks, testosteron, dan tekanan darah diastolik.
“Penelitian ini menyoroti hubungan kompleks antara pola makan, biomarker, dan sleep apnea”, kata para peneliti.
Namun penting dicatat, penelitian Sleep Medicine hanya menunjukkan korelasi antara konsumsi keju dan sleep apnea, bukan kausalitas. Penting lagi dipahami sebagai konteks, populasi yang diteliti sebagian besar adalah keturunan Eropa. Sehingga membatasi generalisasi temuan pada kelompok populasi lain. Keterbatasan lain, jumlah biomarker yang diperiksa tidak lengkap. Itu artinya ada biomarker penting yang juga dapat mempengaruhi tetapi tidak diperhitungkan. Jenis dan jumlah keju yang dikonsumsi juga tidak tercatat.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, asupan keju dikaitkan dengan insiden tekanan darah tinggi yang lebih rendah. Sebagai referensi, tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko yang diketahui untuk gangguan pernapasan di malam hari. Penelitian kecil lainnya menghubungkan konsumsi keju dengan testosteron lebih rendah sebagai pencegahan potensial lainnya untuk sleep apnea.
“Keju bisa menjadi sumber nutrisi penting yang kaya, termasuk protein berkualitas tinggi, kalsium, asam lemak, dan vitamin lain yang mendukung kesehatan secara keseluruhan,” kata Daniella Marchetti, Ph.D., DBSM., seorang psikolog klinis yang khusus dalam pengobatan perilaku tidur.
Di samping temuan yang menyenangkan tentang manfaat keju dan penurunan risiko sleep apnea. Perlu juga diketahui bahwa ada lebih banyak hal terkait dengan sleep apnea. Di antaranya pola makan dan aspek kesehatan tidur yang cukup kompleks. Maka untuk kebiasaan pola makan sehat, keju bukan camilan yang hanya satu-satunya dimasukkan dalam strategi mencegah sleep apnea.
VOIR éGALEMENT:
Marchetti merekomendasikan, untuk mencegah semua kasus sleep apnea, Anda dapat mengurangi risiko dengan membuat perubahan gaya hidup. Seperti menjaga berat badan sehat, menjalani pola makan sehat, dan olahraga teratur.
“Pola makan yang sehat dapat mencakup biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, produk susu rendah lemak, dan makanan dengan asam lemak omega 3,” jelas Marchetti.
Dokter spesialis tidur Daniel Barone, MD., menambahkan. Bahwa refluks asam dan apnea tidur sering kali berjalan beriringan. Jadi menghindari makanan yang memicu produksi asam dapat membantu. Makanan ini mungkin berbeda setiap orang. Tetapi sering kali mencakup makanan yang berbahan dasar tomat, buah jeruk, cokelat, pepermin, dan makanan pedas. Sebagai pengetahuan untuk mengurangi risiko sleep apnea, kata Marchetti, hidung tersumbat dan fitur kraniofasial juga dapat meningkatkan risiko sleep apnea. Maka penting berkonsultasi dengan dokter gigi, dokter telinga, hidung, dan tenggorokan, dan atau spesialis tidur.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)