Motif Penganiayaan Bocah 10 Tahun di Nias Selatan Terungkap, Tante Jadi Tersangka
Ilustrasi kekerasan pada anak (ANTARA)

Partager:

NIAS – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Nias Selatan, Sumatera Utara, mengungkap motif di balik kasus penganiayaan yang menimpa bocah perempuan berusia 10 tahun berinisial NN. Tantenya sendiri, seorang wanita berinisial DE, diduga sebagai pelaku utama dalam kejadian ini.

Berdasarkan hasil penyelidikan, DE mengaku menganiaya NN karena kesal setelah korban tidak pulang ke rumah selama tiga hari.

"Penganiayaan ini terjadi akibat kekesalan tersangka terhadap korban yang tidak pulang selama beberapa hari. Hal ini membuat DE melakukan tindakan kekerasan hingga menyebabkan lebam di bagian paha korban," ujar Kapolres Nias Selatan, Kombes Pol Ferry Mulyana Suryana, Senin 3 Februari.

Hasil visum menguatkan dugaan bahwa korban mengalami kekerasan fisik. Namun, dari pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Thomsen Gunung Sitoli, kaki NN yang cacat sejak lahir tidak mengalami patah tulang akibat penganiayaan, melainkan merupakan kelainan bawaan.

"Dari hasil pemeriksaan radiologi, tidak ditemukan patah tulang akibat kekerasan. Kelainan fisik korban dipastikan merupakan bawaan sejak lahir," jelas Kombes Pol Ferry.

Saat ini, DE telah diamankan di Mapolres Nias Selatan dan dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara. Polisi juga masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan anggota keluarga lainnya dalam kasus ini.

Sebelumnya, kasus ini menjadi viral di media sosial setelah beredar video yang memperlihatkan kondisi NN dengan dugaan patah tulang akibat kekerasan.

Bocah asal Desa Hilikara, Kecamatan Lolowau, Kabupaten Nias Selatan itu telah lama tinggal bersama kakek dan neneknya setelah kedua orang tuanya merantau keluar pulau usai bercerai.

Polisi bersama aparat desa dan TNI dari Koramil setempat langsung mengevakuasi NN ke Puskesmas Lolowau untuk mendapatkan perawatan medis setelah menerima laporan dari masyarakat terkait dugaan penganiayaan tersebut.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)