BPOM Cek Kapasitas Lab Uji Equilab untuk Kejar Status WLA Bulan Depan
Kepala BPOM Taruna Ikrar. Foto: Theresia Agatha/VOI

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan, pada Februari mendatang, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) akan datang guna mengecek kesiapan Indonesia untuk bergabung sebagai salah satu otoritas terdaftarnya.

Sehingga, pihaknya bersiap dengan memantau kapasitas sejumlah lab uji klinik.

Taruna menjelaskan, kemampuan melakukan uji klinis merupakan salah satu yang menjadi bahan pertimbangan organisasi internasional itu selain praktik kebijakan serta produksi obat-obatan yang baik.

Dia bilang, saat ini RI baru mencapai maturitas level 3 dari WHO NRA Benchmarking dan ingin naik jadi tingkat maturitas 4 atau 5.

"Bulan depan untuk menggapai posisi itu, kami akan dikunjungi langsung tim dari WHO ke Indonesia, ke Jakarta. Kan, ini sudah beberapa bulan. Hampir 5-6 bulan sudah tiap saat melakukan assessment lewat online," ujar Taruna kepada wartawan usai mengunjungi PT Equilab International di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat, 24 Januari.

Dengan adanya rencana WHO itu, pihaknya pun berkunjung ke laboratorium uji klinis milik Equilab, guna mengecek kesiapan kapasitas uji klinis, seperti untuk uji kosmetik.

Menurut dia, Equilab memiliki reputasi yang sangat bagus di Asia Tenggara. Berdasarkan pengamatannya, lab tersebut sesuai dengan standar BPOM.

Dia menilai, selain untuk meraih status WHO Listed Authority (WLA), uji klinis adalah salah satu komponen penting dalam menarik investasi. Dengan uji klinis yang baik, investor akan tertarik pada Indonesia dan mempercayakan produksinya.

Berbagai regulasi pun dibuat untuk kemudahan berinvestasi. Namun, BPOM tetap mengikat perusahaan dengan ketentuan transfer teknologi setelah lima tahun di Indonesia.

"Yang kedua dengan cara seperti ini juga bisa menurunkan harga obat," ucap dia.

Kemudian, kata Taruna, uji klinis yang bagus dapat meningkatkan potensi obat-obatan herbal Indonesia menjadi produk obat herbal terstandar.

Sementara itu, Direktur Utama PT Equilab International Ronal Simanjuntak menuturkan, pihaknya mendukung BPOM dalam meraih status WHO, seperti dengan cara menghasilkan produk-produk yang bermutu serta adanya pengujian vaksin.

"Tentunya kami mendukung program dari BPOM sebagai lab pengujian untuk menghasilkan produk-produk yang bermutu dan terkait dengan WLA. Tadi Profesor (Taruna Ikrar) sudah menyampaikan juga berapa banyak produk dan seharusnya Indonesia memang sudah naik kelas mengujikan produk dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga, jumlah produk fitofarmaka di Indonesia akan semakin banyak," pungkasnya.