Presiden Donald Trump akan Hentikan Pendanaan Amerika Serikat untuk Afrika Selatan
Presiden Trump. (Twitter/@WhiteHouse)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Hari Minggu, tanpa menyebutkan bukti, "kelompok masyarakat tertentu" di Afrika Selatan diperlakukan "sangat buruk" sehingga Ia akan menghentikan pendanaan untuk negara itu hingga masalah tersebut diselidiki.

"Afrika Selatan menyita tanah, dan memperlakukan kelompok masyarakat tertentu dengan SANGAT BURUK," unggah Presiden Trump dalam di Truth Social, melansir Reuters 3 Februari.

"Amerika Serikat tidak akan menoleransi hal ini, kami akan bertindak. Selain itu, saya akan menghentikan semua pendanaan di masa mendatang untuk Afrika Selatan hingga penyelidikan penuh atas situasi ini selesai!" katanya.

Amerika Serikat telah memberikan bantuan hampir 440 juta dolar AS kepada Afrika Selatan pada tahun 2023, menurut data Pemerintah AS.

Bulan lalu, Presiden Afrika Selatan Cryil Ramaphosa menandatangani undang-undang yang akan memudahkan negara tersebut untuk mengambil alih tanah demi kepentingan publik.

Undang-undang tersebut bertujuan untuk mengatasi kesenjangan rasial dalam kepemilikan tanah yang masih ada tiga dekade setelah berakhirnya apartheid pada tahun 1994.

Undang-undang tersebut menambahkan: "Mungkin menjadi jelas tindakan perampasan kami bukanlah hal yang luar biasa, karena banyak negara memiliki undang-undang yang serupa."

Afrika Selatan sendiri saat ini memegang jabatan Presidensi G20, setelah itu Negeri Paman Sam yang akan menggantikannya.

Bulan lalu, Presiden Ramaphosa mengatakan ia tidak khawatir tentang hubungan negara itu dengan Presiden Trump. Ia mengatakan telah berbicara dengan Presiden Trump setelah kemenangan politisi Partai Republik itu dan berharap untuk bekerja sama dengan pemerintahannya.

Dalam periode pemerintahan sebelumnya, Presiden Trump mengatakan AS akan menyelidiki pembunuhan besar-besaran terhadap petani kulit putih di Afrika Selatan yang belum terbukti dan perampasan tanah dengan kekerasan.

Pretoria saat itu mengatakan Presiden Trump mendapat informasi yang salah. Tidak jelas apakah pemerintahan Presiden Trump ketika itu melakukan penyelidikan atau tidak.