ISTAMBUL - Ibu kota Mesir, Kairo, dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan tujuh pihak pada Sabtu mendatang guna membahas perkembangan situasi di Gaza pasca-kesepakatan gencatan senjata serta upaya mendukung badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
Menurut kantor berita resmi Mesir, pertemuan ini akan dihadiri oleh menteri luar negeri dari Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan Qatar.
Sekretaris Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hussein al-Sheikh, serta Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmad Aboul-Gheit, juga dijadwalkan turut hadir.
Sebelum pertemuan utama, Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu Yordania, Ayman Safadi. Keduanya kemudian akan menggelar pertemuan tambahan yang diikuti oleh al-Sheikh, sebagaimana dilaporkan oleh penyiar nasional Mesir.
Stasiun televisi milik pemerintah Yordania, Al-Mamlaka, melaporkan bahwa pertemuan tersebut akan membahas perkembangan regional, khususnya upaya untuk menstabilkan gencatan senjata di Gaza.
BACA JUGA:
Diskusi juga akan mencakup cara untuk memastikan kelancaran dan keberlanjutan distribusi bantuan kemanusiaan di seluruh Jalur Gaza, serta pentingnya mendukung UNRWA agar dapat menjalankan mandatnya di bawah naungan PBB.
Sebelumnya, pada Kamis, pemerintah Israel secara resmi menerapkan larangan terhadap aktivitas UNRWA di Yerusalem Timur yang diduduki, memaksa badan tersebut untuk mengosongkan fasilitasnya di kota tersebut.
Israel telah memerintahkan UNRWA untuk menutup seluruh operasinya di Yerusalem Timur pada Kamis, sesuai dengan instruksi yang disampaikan melalui surat dari perwakilan tetap Israel untuk PBB, Danny Danon, kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada 24 Januari.
Pada 19 Januari, kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku selama 42 hari. Selama periode itu, negosiasi akan terus berlanjut untuk tahap-tahap selanjutnya dari kesepakatan tersebut. Perjanjian tersebut dimediasi oleh Mesir dan Qatar dengan dukungan dari Amerika Serikat.
Perang genosida Israel telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 111.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
Serangan Israel di Gaza juga menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, serta kehancuran besar-besaran dan krisis kemanusiaan yang telah merenggut nyawa banyak lansia serta anak-anak, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Pemimpin Otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan otoritas pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
https://voi.id/berita/456125/inggris-prancis-jerman-kompak-unrwa-tidak-tergantikan-dan-berupaya-wujudkan-solusi-dua-negara
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional terkait serbuannya di Jalur Gaza.