Sempat Ditangkap Lantaran Diduga Terlibat Pembunuhan Jamal Khashoggi, Pria Saudi  Sedang Berlibur di Prancis
Ilustrasi perjuangan mencari keadilan untuk mendiang Jamal Kashoggi. (Wikimedia Commons /April Brady/Project on Middle East Democracy)

Bagikan:

JAKARTA - Warga negara Arab Saudi yang ditangkap di Paris, Prancis minggu ini karena dicurigai terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, hanyalah seorang turis yang sedang berlibur dengan temannya, kata seorang pejabat yang mengetahui penyelidikan itu.

Setelah kembali ke kerajaan, pria itu memberikan wawancara kepada televisi Al Ekhbariya Arab Saudi yang ditayangkan pada Hari Kamis kemarin.

"Mereka menempatkan saya di sebuah ruangan, itu banyak kaca seperti yang digunakan untuk penjahat guna mengamati mereka dan tidak ada ventilasi yang baik," ujar pria yang menggunakan sweater hitam kasula dan topi hitam tersebut, mengutip Reuters 10 Desember.

"Melalui kaca, mereka mengawasi saya seolah-olah saya adalah hewan di kebun binatang," ungkap pria yang dibebaskan Rabu lalu tersebut.

Pria itu ditahan setelah paspornya dipindai saat melewati imigrasi di bandara internasional utama ibu kota Prancis, dalam perjalanan ke luar negeri. Pejabat itu mengatakan, pria tersebut bepergian dengan visa yang sah.

Menjadi masalah, pria itu memiliki kewarganegaraan yang sama, nama yang diberikan, nama keluarga tahun lahir sebagai Khaled Aedh Al-Otaibi, mantan anggota Pengawal Kerajaan Saudi yang diidentifikasi dalam daftar sanksi AS dan Inggris, serta laporan Komisi PBB, sebagai terlibat dalam Pembunuhan Khashoggi pada 2018.

Tetapi nama patronimik pria yang ditahan itu berbeda dengan nama tersangka Al-Otaibi, yang juga dicari oleh Turki dengan surat perintah penangkapan internasional. Begitu juga nomor paspornya, kata pejabat dan sumber polisi.

Surat perintah Turki menyatakan tahun kelahiran tetapi bukan hari dan bulan, tidak ada yang cocok, kata kedua sumber itu.

Namun, kemiripan itu cukup untuk pemindaian paspor untuk memberi tahu polisi perbatasan tentang kemungkinan kecocokan identitas dengan orang yang dicari.

Algoritma digunakan untuk menyatukan detail di paspor dan mencocokkannya dengan yang dirinci dalam surat perintah. Jika ada tingkat kecocokan tertentu, pemberitahuan yang dikeluarkan sistem memungkinkan pejabat perbatasan mengetahui pemeriksaan lebih lanjut diperlukan, ungkap sumber polisi.

Dalam wawancara tersebut, pria itu mengungkapkan awalnya pihak berwenang Prancis tidak memberikan izin kepadanya untuk menghubungi Kedutaan Besar Arab Saudi di Paris.

"Saya mengatakan kepada mereka, saya ingin berbicara dengan kedutaan tetapi mereka tidak mengizinkan saya. Saya memiliki nomor pribadi duta besar, tetapi mereka tidak mengizinkan saya menggunakan ponsel saya," tuturnya.

Akhirnya, otoritas Prancis mengizinkannya untuk menerima telepon masuk dari kedutaan besar, memberi tahu dirinya jika kasus yang menimpanya sedang ditangani, tambahnya.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Prancis dan kepolisian nasional menolak mengomentari persoalan identitas yang salah ini.

Terpisah, sebuah analisa intelijen AS yang tidak diklasifikasikan dan dirilis pada Februari mengatakan, penguasa de facto Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi.

Kendati demikian, Pemerintah Arab Saudi telah membantah keterlibatan putra mahkota dan menolak temuan laporan tersebut.

Untuk diketahui, Khashoggi, seorang jurnalis dan kritikus pangeran, terakhir terlihat memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018. Para pejabat Turki yakin tubuhnya dipotong-potong dan dipindahkan. Jenazahnya belum ditemukan.