JAKARTA – Dua perusahaan teknologi raksasa, Meta Platforms dan Amazon.com, mulai memangkas program keberagaman mereka menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, 20 Januari. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya penentangan dari kelompok konservatif terhadap inisiatif keberagaman, yang sebelumnya digalakkan beberapa tahun lalu.
Beberapa perusahaan besar di Amerika, termasuk Meta dan Amazon, telah mengurangi inisiatif keberagaman mereka yang sebelumnya dicanangkan setelah protes besar-besaran atas kematian George Floyd dan kasus kekerasan polisi lainnya pada tahun 2020.
Meta Hentikan Program DEI
Meta, induk perusahaan Facebook, mengumumkan penghentian berbagai program Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), termasuk inisiatif perekrutan, pelatihan, dan pemilihan pemasok. Informasi ini disampaikan melalui memo internal kepada karyawan pada Jumat lalu.
Dalam dua minggu terakhir, Meta juga menghapus program pengecekan fakta di AS, mempromosikan Joel Kaplan, seorang tokoh Partai Republik terkemuka, sebagai Kepala Urusan Global, dan memilih Dana White, CEO Ultimate Fighting Championship (UFC) sekaligus teman dekat Trump, untuk bergabung di dewan direksi.
اقرأ أيضا:
Langkah-langkah ini dinilai sebagai upaya Meta untuk memperbaiki hubungan dengan Donald Trump, yang sebelumnya mengkritik kebijakan konten politik Meta dan bahkan mengancam akan memenjarakan CEO perusahaan, Mark Zuckerberg.
Pada Desember lalu, Meta bahkan menyumbang 1 juta dolar AS (Rp16,2 miliar) untuk dana pelantikan Trump, langkah yang berbeda dari kebijakan perusahaan sebelumnya.
Amazon Ikuti Jejak Meta
Sementara itu, Amazon juga mengumumkan akan "mengakhiri program dan materi usang" terkait keberagaman dan inklusi. Dalam memo Desember yang dilihat oleh Reuters, perusahaan menyatakan bahwa proses ini akan selesai pada akhir tahun 2024.
Langkah ini dilakukan di tengah semakin besarnya tekanan dari kelompok konservatif yang mengkritik program DEI sebagai bentuk perlakuan istimewa terhadap kelompok tertentu. Putusan Mahkamah Agung AS pada tahun 2023 yang membatalkan kebijakan afirmatif dalam penerimaan universitas semakin memperkuat posisi kelompok konservatif untuk menentang program keberagaman di perusahaan.
اقرأ أيضا:
Respons dan Dampak Keputusan
Janelle Gale, Wakil Presiden Sumber Daya Manusia di Meta, menyebut dalam memo bahwa lanskap hukum dan kebijakan terkait DEI di AS tengah berubah. Gale merujuk pada keputusan Mahkamah Agung dan pengadilan banding yang menghalangi upaya Nasdaq untuk meningkatkan keberagaman di dewan direksi perusahaan.
"Istilah 'DEI' kini menjadi kontroversial, sebagian karena dipahami oleh beberapa pihak sebagai praktik yang memberikan perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu dibandingkan lainnya," tulis Gale dalam memo tersebut.
Sebagai bagian dari perubahan ini, Meta tidak akan lagi memiliki tim khusus untuk DEI. Maxine Williams, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Diversity Officer, akan beralih ke peran baru yang berfokus pada aksesibilitas dan keterlibatan.
Langkah Meta dan Amazon ini mencerminkan perubahan arah di tengah ketegangan politik dan sosial di Amerika Serikat, sekaligus memberikan sinyal tentang bagaimana perusahaan besar beradaptasi dengan lanskap hukum dan tekanan konservatif yang semakin meningkat.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)