JAKARTA - Duta Besar Israel untuk PBB mengatakan pada Hari Senin, kelompok militan Lebanon Hizbullah sedang mencoba "mendapatkan kembali kekuatan dan senjata dengan bantuan Iran".
Itu disampaikan Duta Besar Danny Danon kepada Dewan Keamanan PBB, menggarisbawahi kelompok militan tersebut tetap menjadi "ancaman serius" bagi Israel dan stabilitas regional.
Intelijen AS yang diperbarui bulan lalu telah memperingatkan, Hizbullah yang didukung Iran kemungkinan akan mencoba membangun kembali persediaan dan pasukannya, yang menimbulkan ancaman jangka panjang bagi AS dan sekutu regionalnya
"Meskipun kemampuan militer Hizbullah berkurang secara signifikan selama perang, mereka kini berupaya untuk mendapatkan kembali kekuatan dan mempersenjatai diri dengan bantuan Iran," tulis Dubes Danon kepada Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara, melansir Reuters 14 Januari.
Hizbullah dan misi Iran untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Danon.
Sementara itu, seorang sumber senior Lebanon yang dekat dengan Hizbullah membantah tuduhan tersebut.
Dubes Danon mengatakan, "sangat penting" bagi Pemerintah Lebanon dan masyarakat internasional untuk fokus pada "pengekangan penyelundupan senjata, amunisi, dan dukungan finansial melalui perbatasan Suriah-Lebanon dan melalui jalur udara dan laut."
Sejak kesepakatan gencatan senjata dicapai, "telah ada beberapa upaya untuk mentransfer senjata dan uang tunai ke Hizbullah," tulis Danon dalam surat yang dilihat oleh Reuters.
Ia mengatakan, pembangunan militer Hizbullah yang sedang berlangsung terkadang dekat dengan pangkalan dan patroli penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan.
"Meskipun demikian, UNIFIL memilih untuk menafsirkan mandatnya dengan lunak, memilih untuk tidak mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa wilayah operasinya tidak digunakan untuk kegiatan permusuhan dalam bentuk apa pun," tulis Danon.
Diketahui, Israel telah lama mengkritik pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, yang diberi wewenang oleh Dewan Keamanan berdasarkan resolusi 1701 - "untuk membantu" pasukan Lebanon dalam memastikan wilayah selatan negara itu "bebas dari personel bersenjata, aset, dan senjata apa pun selain milik pemerintah Lebanon."
Terpisah, pejabat tinggi PBB telah berulang kali menekankan, UNIFIL memiliki peran pendukung dan tidak dapat disalahkan atas kegagalan para pihak untuk melaksanakan resolusi 1701.
اقرأ أيضا:
"Kami khawatir pelajaran belum dipelajari, dan bahwa hari ini, kita menyaksikan penolakan lain oleh Pasukan untuk beradaptasi dengan modus operandi Hizbullah yang berubah, serta penolakan untuk sepenuhnya melaksanakan mandat mereka," kata Dubes Danon.
Diketahui, Israel dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata 60 hari yang ditengahi AS - mulai 27 November - setelah lebih dari setahun konflik.
Persyaratan tersebut mengharuskan tentara Lebanon untuk dikerahkan ke Lebanon selatan saat pasukan Israel dan Hizbullah menarik pasukan. Namun, kedua belah pihak saling menuduh melanggar kesepakatan tersebut.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)