Hanya Donald Trump Presiden AS yang Bernyali Tuduh China Lakukan Genosida ke Etnis Uighur
Salah satu protes warga etnis Uighur di London, Inggris yang menuduh pemerintah China telah melakukan genosida terhadap mereka. (BBC/PA Media)

أنشرها:

JAKARTA - Donald Trump jadi yang terdepan mengecam perlakukan China terhadap etnis Muslim Uighur. Presiden Amerika Serikat (AS) itu memandang China telah melanggar HAM. Trump mengungkap etnis Uighur dipaksa menggunakan bahasa China. Etnis Uighur seraya ingin dihilangkan dalam sejarah China.

Penangkapan terhadap etnis Uighur yang memberontak dilakukan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh di dalam kamp konsentrasi. Trump berang bukan main. Ia jadi salah satu pemimpin yang terang-terangan mengecam China melakukan genosida ke etnis Uighur.

Kehidupan sebagai bagian dari etnis minoritas tak mudah. Mereka harus bisa berbaur dan menyerap keberagaman dari etnis mayoritas dalam suatu negara. Kemalangan muncul jika proses adaptasi tak berhasil. Gesekan sering terjadi.

Banyak etnis minoritas yang gagal beradaptasi dan hidup seraya tak diakui sebagai warga negara. Hak dasarnya dilanggar. Narasi itu terpampang jelas pada etnis Uighur di Xinjiang, China. Mulanya etnis Uighur hidup damai di Xinjiang. Namun, Partai Komunis China melihat berbeda.

Donald Trump yang pernah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) periode pertama era 2017-2021, dan kembali terpilih untuk periode 2025-2029. (Flickr/The White House) 

Xinjiang dianggap ladang mencari penghidupan dari Etnis Han yang merupakan etnis mayoritas di China. Etnis Han mulai banyak bermigrasi ke Xinjiang pada 1950 hingga 1990. Kehadiran etnis Han membuat etnis Uighur terpinggirkan.

Mereka kerap mendapatkan ketidakadilan. Bahkan, Etnis Uighur dipaksa menggunakan bahasa China untuk sehari-hari. Deru protes pun muncul berkali. Mereka meminta keadilan. Namun, aksi protes itu dianggap Partai Komunis China sebagai upaya makar.

Barang siapa yang melakukan protes akan dikejar. Mereka akan ditangkap, disiksa, dan dilempar ke kamp konsentrasi. Protes besar pun terjadi pada 2009. Aksi protes itu memakan banyak korban jiwa dari etnis Uighur.

Puncaknya, Partai Komunis China mulai mengeluarkan Undang-Undang Anti Terorisme baru pada 2014. Targetnya jelas etnis Uighur yang dituduh kaum radikal. Penangkapan jadi lebih sering dilakukan. Belum lagi tempat ibadah, Masjid kaum Uighur banyak yang dihancurkan, atau berganti fungsi.

“Keadaan akan memburuk secara signifikan selama tahun mendatang. Pemerintah Komunis China seraya mengubah Xinjiang jadi negara polisi dan ratusan ribu warga Uighur secara bertahap dikurung di kamp konsentrasi untuk apa yang disebut mereka sebagai transformasi melalui pendidikan (padahal penyiksaan).”

“Yang lainnya telah dijebloskan ke penjara atau dihilangkan. Laporan saksi mata tentang kehidupan di dalam kamp dan pusat penahanan tidak hanya menceritakan tentang kondisi kehidupan yang tidak sehat, tetapi juga tentang kekerasan, penyiksaan, dan cuci otak yang rutin terjadi,” ujar Gene A. Bunin sebagaimana ditulis di laman The Guardian berjudul We’re a People Destroyed: Why Uighur Muslims Across China are Living in Fear (2017).

Trump Tegaskan China Lakukan Genosida

Tindakan China terhadap etnis Uighur memancing kecaman penduduk di dunia. Mereka meminta China segera mengakhiri ketidakadilan terhadap etnis Uighur. Namun, deru protes keras justru muncul dari Donald Trump.

Presiden Trump yang biasa tak luput dari tindakan kontroversi justru dianggap berjasa dengan mengecam China. Tiada negara yang berani keras terhadap China –negara mayoritas Islam saja tak berani keras ke Negeri Tirai Bambu. Trump justru membawa AS jadi pendukung eksistensi etnis Uighur.

Tindakan Nyata Trump adalah segera mengeluarkan perintah untuk membatasi visa pejabat China yang diyakini terlibat penyiksaan etnis Uighur. Trump juga langsung memasukan puluhan perusahaan dan lembaga di China sebagai daftar hitam sedari 2019.

Puncak pembelaan Trump terhadap etnis Uighur hadir lewat sikap AS menyebut China telah melakukan genosida di Xinjiang. Kejahatan kemanusiaan sedang berlangsung di Xinjiang, katanya. Keputusan itu diungkap Trump beberapa hari menjelang dirinya lengser dari jabatan.

Presiden China, Xi Jinping saat berkunjung ke Urumqi ibu kota Provinsi Xinjiang di China barat laut yang mayoritas dihuni warga etnis Uighur pada 13 Juli 2022. (Xinhua/AP) 

Aksi Trump dukung etnis Uighur memancing pujian dari banyak negara. Pujian juga diungkap mereka etnis Uighur yang tengah menuntut ilmu di AS. Keberanian Trump dianggap telah mewakili segenap etnis Uighur dan banyak negara yang benci dengan perlakuan China yang tak manusiawi. Sikap berani itu bak jadi warisan penting terakhir pemerintahan Donald Trump sebelum diambil alih oleh Joe Biden.

“Langkah tersebut diharapkan menjadi tindakan terakhir pemerintahan Trump terhadap China, yang dilakukan pada hari terakhirnya. Tindakan itu merupakan puncak dari perdebatan selama bertahun-tahun tentang cara menghukum apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia terburuk dalam beberapa dekade.”

“Hubungan antara kedua negara –AS dan China-- telah memburuk selama empat tahun terakhir, dan temuan baru tersebut menambah daftar panjang titik ketegangan. Pejabat kebijakan luar negeri dan pakar di seluruh spektrum politik di AS mengatakan China akan menjadi penantang terbesar bagi pemerintahan mana pun selama bertahun-tahun atau beberapa dekade mendatang,” ujar Edward Wong dan Chris Buckley dalam laman The New York Times berjudul U.S. Says China’s Repression of Uighurs Is ‘Genocide’ (2021).


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)