Tertinggal Jauh dari Negara Maju, Kemenperin Sebut Rasio Kewirausahaan RI Baru 3,08 Persen
Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita (Dok. Kemenperin)

أنشرها:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, rasio kewirausahaan di Indonesia baru mencapai 3,08 persen. Angka ini pun cukup tertinggal jauh dari negara-negara maju.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 3 Februari.

"Jadi, kalau dibandingkan dengan negara maju, rasio kewirausahaan Indonesia masih sangat kecil di 3,08 persen," ujar Reni.

Sementara, Reni bilang, untuk mencapai Visi Indonesia Emas di 2045, rasio kewirausahaan RI harus meningkat menjadi 12 persen.

"Ini rasio kewirausahaan diharapkan 12 persen. Jadi, nanti 5 tahun ke depan berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) ini (harus mencapai) 3,6 persen," kata dia.

Menurut Reni, salah satu upaya yang akan dilakukan pihaknya adalah dengan mengembangkan kegiatan wirausaha baru berbasis santri.

"Jadi, kegiatannya WUB Santripreneur. Memang kegiatan ini terus kami kembangkan dalam upaya mewujudkan para generasi muda memiliki pekerjaan sendiri, bahkan dia mampu menciptakan lapangan kerja untuk teman-temannya ataupun generasi lainnya," ucapnya.

Kemudian, kata Reni, pihaknya juga bakal menyasar wirausaha baru di daerah potensial, tertinggal, perbatasan, terluar dan pascabencana.

Di samping itu, lanjutnya, pihaknya juga melakukan bimbingan teknis dan pendampingan yang berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lainnya.

Termasuk, di dalamnya mengembangkan kegiatan-kegiatan pemagangan hingga memberikan bantuan untuk memperoleh nomor induk berusaha (NIB).

"Jadi, ini memang kami sebut programnya cikal bakal IKM. Nanti selesai kegiatan dia punya NIB, kemudian nanti dilengkapi dengan mesin peralatan yang sederhana (sehingga) para wirausaha baru ini bisa langsung beroperasi," pungkasnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)