JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada Januari 2025 yang tercatat sebesar 0,76 persen secara bulanan atau month to month (mom).
"Pada Januari 2025 secara bulanan atau MtM dan tahun kalender ytd terjadi deflasi 0,76 persen atau terjadi penurunan IHK dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025," ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam Konferensi Pers, Senin, 3 Februari.
Amalia menyampaikan deflasi pada Januari 2025 merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi September 2024.
Menurut Amalia, salah satu faktor utama deflasi pada Januari 2025 adalah diskon tarif listrik yang ditetapkan pemerintahan atas kompensasi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Amalia menyampaikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen untuk pelanggan PLN hingga 2200 VA menyebabkan deflasi 32,03 persen dengan andil terhadap indeks harga konsumen (IHK) sebesar 1,47 persen.
"Deflasi ini terjadi akibat adanya diskon 50 persen bagi pelanggan dengan daya listrik sampai dengan 2.200 VA di Januari 2025," tuturnya.
اقرأ أيضا:
Secara historis dalam 5 tahun terakhir, perubahan tarif listrik juga pernah terjadi pada Juni dan Agustus 2022 karena ada penyesuaian tarif tenaga listrik pada kuartal III-2022.
Amalia menegaskan bahwa pencatatan diskon dalam perhitungan inflasi mengikuti Consumer Price Index (CPI) Manual yang menjadi acuan kantor statistik dunia, termasuk BPS dalam memperhitungkan IHK
"Artinya, diskon itu dicatat dalam perhitungan inflasi jika kualitas barang atau jasa sama dengan kondisi normal harga diskon bisa didapatkan atau tersedia untuk banyak orang," jelasnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)